This blog contains about the people who already make a rainbow in my life

Minggu, 26 Juni 2011

Gadis kecil itu memandang kagum temannya. “sahabat ya? Hmm” begitu dalam pikirnya. Sahabat baginya hanyalah sebuah kenangan menyedihkan. Bukan berarti tidak memiliki sahabat, tapi dia terpisah dengan sahabat yang menemaninya sejak kecil. Itulah mengapa saat ini, tidak ada yang bisa menggantikan sahabat lamanya. Fia, gadis berambut lurus begitu disapanya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan menjadi pembicaraan pribadi.
“uia kemarin temanku minta dicomblangi sama cewek katanya ingin dijadikan kekasihnya.”
            oh siapa yang ingin kau combalngi dengannya?” tatapan gadis kecil tiba-tiba menajam mengarah kepada Fia. Tatapan itu seolah mengisyaratkan bahwa kau ingin mengatakan bahwa aku yang menjadi pilihan itu.
            “ Aku belum tau. Memangnya kamu mau?” ucapnya perlahan.
            Entah apa yang bisa dikatakan oleh gadis kecil itu dan dia hanya memberikan anggukan pasti dan itu mengisyaratkan dia untuk berkata,” ya aku mau.”

            Sudah seminggu sejak perkenalanku dengan Adhit, pria kecil sahabat temanku yang aku lihat seminggu yang lalu di tempat pemberhentian angkutan. Ya untuk saat ini, dia lumayan asik, seru dan menarik secara pribadi. Tak banyak yang gadis kecil tau tentang sosok Adhit, dia haya tau sepintas dari Fia yang notaben adalah sahabatnya.
>>

Suasana di sekolah pada saat itu sangat ramai. Ramai dengan euforia ujian yang telah selesai. Ujian Nasional yang menjadi momok menakutkan bagi para siswa dan guru. Selesai ujian lebih cepat itu berarti waktunya untuk bermain. Maklum saja menjelang ujian kami hanya berteman dan buku yang menjadi sahabat terdekat kami. Seusai sekolah, Fia menghampiriku. Wajahnya begitu ceria, berbeda sekali dengan wajahku yang kusut karena soal ujian yang sama sekali tidak menarik. Fia memang murid yang pandai. Bayangkan saja dari kelas 1 sampai kelas 3 dia selalu juara 1. Selain pandai, dia juga manis dan memiliki suara yang indah saat bernyanyi. Itu yang membuat Fia terkenal dikalangan guru maupun teman-teman. Berbeda sekali denganku, yang hanya murid biasa, yang selalu berpakaian tidak rapih dan termasuk kedalam katagori murid yang konyol karena senang sekali mengganggu teman-teman.
Siang itu, Fia memiliki janji untuk bertemu Adhit di tempat pemberhentian angkutan kemarin. Dia mengajak gadis kecil untuk bertemu adhit. Sekalian untuk bertemunya secara langsung. Spontan wajah gadis kecil itu berubah panik, dahi mengerenyit dan pandangan mata tak fokus. Bayangkan saja, dengan penampilan dan wajah yang seperti abis berperang, harus bertemu dengan pria yang jelas-jelas sedang dekat dengan kita. Gadis kecil itu berusaha menolaknya tapi lagi-lagi dia lemah dengan bujukkan. Dengan jalan tertath dan perlahan, gadis kecil ini mengikuti langkah temannya Fia yang berjalan dengan langkah pasti. Terlihat banyak kerumunan anak laki-laki berseragam biru di tempat pemberhentian angkutan itu. Ingin sekali rasanya berhenti tapi buru-buru tangan Fia menarik lengan si gadis kecil dan lagi-lagi dia tidak bisa menolaknya.
Kamu harus bisa ketemu Adhit ya. Itu dia sudah menunggu.” Ujar Fia sambil menarik lengan gadis kecil itu.
Banyak anak laki-laki disana namun tidak ada yang aku lihat kemarin. “wah sepertinya tidak ada.” Pikir gadis kecil itu dalam hati. Kepercayaan dirinya mulai bangkit. Gadis kecil menatap anak laki-laki yang sedang berbincang satu per satu dari kejauhan. Fia mendadak menghilang. Gadis kecil itu menarik sebuah kursi plastik yang ada persis di dekat pemberhentian angkutan. Seseorang menepukku dari belakang dan ternyata itu Fia.
“mana orangnya, gak ada kan?” ucap gadis kecil santai sambil sembari menunjuk ke arah kerumunan anak laki-laki
“dia memang tidak di kerumunan itu, tapi dia ada di dalam sana. Daritadi dia melihatmu.” Jari telunjuknya mengarah ke sebuah angkutan kota yang sudah penuh dengan penumpang dan ada satu pria yang tersenyum ke arahku dan Fia. 

Dengan sigap ku rapihkan rambutku. Pria kecil itu keluar dan dia lebih memberikan tempat duduknya untuk seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Dia berdiri dipintu angkutan itu, dengan badannya yang tinggi dan sekal, dengan tas selempangnya dan lagi-lagi dia melemparkan senyuman itu ke arah gadis kecil dan Fia. “Dia sungguh manis dan tampan.” Ucap gadis kecil ini dalam hati sembari melihat pria kecil itu yang semakin jauh. Lalu Fia berbisik ke arah gadis kecil itu,” Itu yang namanya Adhit.” Ucapnya sembari tersenyum.
continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar